Arti dan Banten Tumpek



ARTI dan BANTEN TUMPEK
Tumpek adalah pertemuan antara akhir Saptawara(Saniscara) dan akhir Pancawara(Kliwon). Jika kedua akhir ini bertemu dengan Wuku bermakna sebagai hari raya yang berhubungan dangan Tri Hita Karana.
  1. Tumpek Landep
Banten di Sanggah Pamerajan:
Tegteg daksina peras ajuman, tumpeng putih kuning selengkapnya dengan lauk sate berisi terasi merah, raka-raka. Raka-raka diperapen bantennya: Sesayut pasupati, sesayut jayeng perang, sesayut kusumayuda, suci, daksina peras ajuman, canang wangi dan pareresik.
  1. Tumpek Wariga
Yang dipuja adalah Bhatara Sangkara, memohon keselamatan bagi tumbuh-tumbuhan agar dapat dimanfaatkan manusia.
₪ Berbagai sebutan untuk Tumpek Wariga::
» Tumpek Pengarah
Memberitahukan kepada pohon-pohon/tumbuhan bahwa 25 hari mendatang Galungan tiba mohon agar berbuah, berbunga dan berdaun yang lebat agar dapat digunakan.
» Tumpek Pengatag
Karena batang pohon dicekak lalu disisipi satsat simbol kesucian sambil menepuk-nepuk batang(Tagtag).
» Tumpek Bubuh
Karena dibatang pohon itu diolesi bubur tepung beras simbol makanan.
» Tumpek Uduh
Karena manusia meminta(Nguduh) pohon agar berbuah, berbunga dan berdaun yang lebat.
» Tumpek Wariga
Karena jatuh pada Wuku Wariga yaitu hari baik untuk memohon kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Banten di Sanggah Pamerajan, Pura Subak,/Palinggih Dewa Ayu Sedahan Abian:
Sesayut, peras, tulung, bubur tepung, tumpeng agung, babi guling, jajan, raka-raka, panyeneng, tatebus, peras topeng.
  1. Tumpek Kuningan
Banten Redite Wuku Kuningan(Ulihan Jawa) ditujukan kepada Hyang Pramestiguru. Bantennya:
Sodaan, canang genten, segehan cacahan.
Banten Soma Wuku Kuningan(Ulihan Bali) ditujukan kepada Hyang Pramestiguru dan Sang Bhuta Dungulan. Bantennya:
Sodaan, canang burat wangi, canang genten, segehan kepel.
Banten Sanicara Wuku Kuningan ditujukan kepada Hyang Pramestiguru. Bantennya:
Tebog dengan rerasmenan, jajan, raka-raka, tamiang, candiga, canang wangi, canang pasucian, sodaan, penek kuning dengan lauk kuning telur, segehan aperancak.
Banten Tataban Manusa:
Sesayut prascita luwih, panyeneng, penek kuning, guling bebek putih, segehan kuning.
Upacara harus dilaksanakan pada pagi hari sebelum jam 12 siang. Karena para Dewata-Dewati kembali ke alam Nirwana pada jam 12 siang.

  1. Tumpek Krulut
Sumber sastranya, Lontar Aji Gurnita. Krulut berasal dari kata”Lulut”: sering sekali dalam hal ini berhubungan dengan alat-alat tetabuhan(gambelan).
            Suara gambelan Pelog yaitu:
“Dang” Dewanya Iswara aksara Sa
“Ding” Dewanya Brahma aksara Ba
“Deng” Dewanya Mahadewa aksara Ta
“Dung” Dewanya Wisnu aksara A
“Dong” Dewanya Siwa aksara I
            Suara gambelan Slendro yaitu:
“Ndang” Dewinya Mahadewi aksara Na
“Nding” Dewinya Saraswati aksara Ma
“Ndeng” Dewinya Gayatri aksara Si
“Ndung” Dewinya Sri aksara Wa
“Ndong” Dewinya Uma aksara Ya
Banten ditujukan kepada Asta Aiswarya. Bantennya:
Sesayut, pengambean, peras, panyeneng, soda, daksina, blabaran, ketipat gong, ketipat kelanan, canang wangi, lenge wangi, pasucian, rantasan, kumkuman, pangulapan, pangenteg, prayascita dan segehan masambleh pitik samlunglung dan banten odalan.
  1. Tumpek Uye
Dewa yang dipuja adalah Sang Hyang Rare Angon(Manifestasi Siva).
            Banten di Sanggah Pamerajan:
Suci, daksina, peras, ajuman, penek, sodan putih kuning, lenga wangi, burat wangi, panyeneng, pasucian.
            Banten di kandang binatang berkaki empat:
Sesayut, panyeneng, pabersihan, jerimpeng, canang raka dan ketipat.
            Banten di kandang jenis unggas:
Katipat sida purna, katipat bagia, katipat pandawa, panyeneng, tatebus, kembang payasan.
  1. Tumpek Wayang
Bermakna sebagai otonan Wayang
Perlengkapan wayang dan maknanya:
¶ Dalang
Simbol Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang berada di balik sinar cahaya-Nya(Bhuana Agung) dan simbol jiwatman yang memberi kekuatan sehingga badan kasar manusia bisa bergerak/berkata(Bhuana Alit).
¶ Lampu Blencong
Simbol matahari(Bhuana Agung) dan simbol sinar jiwatman yang mengendalikan Tri Guna(Bhuana Alit).
¶ Kelir
Simbol ruangan alam permukaan bumi(Bhuana Agung) dan simbol penampilan manusia yang mempunyai Tri Guna; Sattwam, Rajas, Tamas(Bhuana Alit).
¶ Gender
Simbol irama zaman(Bhuana Agung) dan simbol suara kehidupan(Bhuana Alit).
¶ Wayang symbol mahluk ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang diberi kehiduapn namun kemudian dipralina untuk kembali ke sunia(Bhuana Agung).
“Sunia” disimbolkan sebagai “Gedog”(Simbol Tri Kona).
Perlakuan wayang oleh Dalang seperti kodrat Ida Sang Hyang Widhi Wasa terhadap mahluk hidup(Bhuana Alit) dimana ada tiga proses yaitu: Utpti, Stiti, Pralina.
Utpti    » Dikeluarkan dari gedog sama dengan dihidupkan.
Stiti     » Dimainkan di Kelir sama dengan kerja sebagai mahluk hidup.
Pralina » Dikembalikan ke gedog sama dengan akhir kehidupan.
            Pada Tumpek Wayang yang dipuja adalah Bhatara Iswara.
Banten di Sanggah Pamerajan:
Peras, ajuman, perangkatan, bebek putih dipanggang, canang meraka, buah-buahan, pasucian dan mapeselat memakai pandan duri.
Banten ayaban untuk Hyang Maha Kala dan tataban untuk manusa(terutama yang lahir pada Wuku Wayang):
Sesayut tumpeng agung, prayascita, panyeneng, banten otonan, beakala, banten nyapuh leger.
            Selain Wayang, juga disucikan alat-alat seperti:
Gong, gambang, gender, gentha, angklung, kulkul, pratima, arca dan benda-benda suci lainnya yang berbentuk ukiran.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Conto Pidarta Bali

Biografi Dalang Cenk Blonk (Nardayana)